Konon di daerah Kalimantan hidup dua orang bersaudara. Sebut saja namanya Muzakir dan Dermawan. Dua bersaudara ini memiliki sifat yang sangat berbeda. Muzakir dikenal sebagai orang yang pelit, sedangkan Dermawan suka menolong. Beberapa kali Muzakir memicingkan mata dan menyindir ketika melihat Dermawan membagi uangnya kepada orang-orang miskin, tetapi Dermawan tidak pernah menghiraukan itu. “Kasihan, saya hanya ingin menolong.” itu saja jawab Dermawan ketika si kakak mulai usil.
Beberapa tahun kemudian, usaha dagang Dermawan bangkrut. Dermawan jatuh miskin sementara Muzakir selalu bertambah kaya. Muzakir sangat senang mendengar kabar tentang jatuhnya bisnis Dermawan. Dia merasa telah memenangkan persaingan ini. Muzakir berpendapat bahwa bangkrutnya Dermawan akibat perbuatannya sendiri yang terlalu lemah dan mudah kasihan dengan orang.
Suatu hari, Dermawan menemukan burung kecil yang terjatuh di depan rumahnya. Sekonyong-konyong Dermawan langsung memungutnya dan mengobati lukanya. Ia benar-benar merawat dan menyayangi burung itu. Tak lama, burung tersebut itu dapat terbang lagi. Dermawan pun melepasnya dengan suka cita.
Beberapa hari kemudian burung itu kembali ke rumah Dermawan dan menjatuhkan biji semangka. Setelah mengucapkan terima kasih, Dermawan lalu menanam biji semangka tersebut. Selang beberapa bulan semangka itu berbuah. Buahnya hanya satu tetapi besar sekali, kira-kira sebesar rentangan tangan orang dewasa. Dermawan lalu membelahnya. Betapa terkejutnya ketika ia melihat semangka besar itu berisi penuh biji emas dan berlian.
Dengan perasaan meluap-luap dermawan mengumpulkan emas permata itu. Ia menggunakannya untuk melunasi hutang-hutangnya dan membangun kembali usaha dagangnya. Dermawan menjadi kaya raya melebihi kakaknya. Dermawan juga tetap menolong dan selalu menyisihkan penghasilannya untuk orang-orang miskin.
Muzakir sangat iri dengan hal ini. Ia lalu menyuruh seorang tukang sumpit untuk melukai burung yang sedang terbang. Burung yang terkena sumpitan tersebut lalu jatuh dan Muzakir menolongnya. Muzakir melakukan hal yang persis seperti yang dilakukan Dermawan. Setelah burung itu sembuh, Muzakir pun melepasnya lagi.
Beberapa hari kemudian burung tersebut kembali ke rumah Muzakir dan menjatuhkan biji semangka. Muzakir lalu menanam biji tersebut dan berharap kelak akan berbuah semangka penuh emas permata seperti milik Dermawan. Tetapi apa yang terjadi? Sesudah semangka tersebut berbuah dan dibelah, semangka itu malah mengeluarkan lumpur yang tiada habisnya. Lumpur tersebut lalu mengubur Muzakir dan semua harta bendanya.